baguskah?

Selasa, 19 April 2011

proteksi radiasi

Radiasi yang digunakan di Radiologi di samping bermanfaat untuk membantu menegakkan diagnosa, juga dapat menimbulkan bahaya bagi pekerja radiasi dan masyarakat umum yang berada disekitar sumber radiasi tersebut. Besarnya bahaya radiasi ini ditentukan oleh besarnya radiasi, jarak dari sumber radiasi, dan ada tidaknya pelindung radiasi.

Upaya untuk melindungi pekerja radiasi serta masyarakat umum dari ancaman bahaya radiasi dapat dilakukan dengan cara :

1. Mendesain ruangan radiasi sedemikian rupa sehingga paparan radiasi tidak melebihi batas-batas yang dianggap aman.
2. Melengkapi setiap ruangan radiasi dengan perlengkapan proteksi radiasi yang tepat dalam jumlah yang cukup.
3. Melengkapi setiap pekerja radiasi dan pekerja lainnya yang karena bidang pekerjaannya harus berada di sekitar medan radiasi dengan alat monitor radiasi.
4. Memakai pesawat radiasi yang memenuhi persyaratan keamanan radiasi.
5. Membuat dan melaksankan prosedur bekerja dengan radiasi yang baik dan aman.

1. Desain dan paparan di ruangan radiasi
a. Ukuran Ruangan Radiasi
· Ukuran minimal ruangan radiasi sinar-x adalah panjang 4 meter, lebar 3 meter, tinggi 2,8 meter.
· Ukuran tersebut tidak termasuk ruang operator dan kamar ganti pasien.

b. Tebal Dinding
· Tebal dinding suatu ruangan radiasi sinar-x sedemikian rupa sehingga penyerapan radiasinya setara dengan penyerapan radiasi dari timbal setebal 2 mm.
· Tebal dinding yang terbuat dari beton dengan rapat jenis 2,35 gr/cc adalah 15 cm.
· Tebal dinding yang terbuat dari bata dengan plester adalah 25 cm.

c. Pintu dan Jendela
· Pintu serta lobang-lobang yang ada di dinding (misal lobang stop kontak, dll) harus diberi penahan-penahan radiasi yang setara dengan 2 mm timbal.
· Di depan pintu ruangan radiasi harus ada lampu merah yang menyala ketika meja kontrol pesawat dihidupkan.


· Tujuannya adalah :
ã Untuk membedakan ruangan yang mempunyai paparan bahaya radiasi dengan ruangan yang tidak mempunyai paparan bahaya radiasi.
ã Sebagai indikator peringatan bagi orang lain selain petugas medis untuk tidak memasuki ruangan karena ada bahaya radiasi di dalam ruangan tersebut.
ã Sebagai indikator bahwa di dalam ruangan tersebut ada pesawat rontgen sedang aktif.
ã Diharapkan ruangan pemeriksaan rontgen selalu tertutup rapat untuk mencegah bahaya paparan radiasi terhadap orang lain di sekitar ruangan pemeriksaan rontgen.

· Jendela di ruangan radiasi letaknya minimal 2 meter dari lantai luar. Bila ada jendela yang letaknya kurang dari 2 meter harus diberi penahan radiasi yang setara dengan 2 mm timbal dan jendela tersebut harus ditutup ketika penyinaran sedang berlangsung.
· Jendela pengamat di ruang operator harus diberi kaca penahan radiasi minimal setara dengan 2 mm timbal.

d. Paparan Radiasi
· Besarnya paparan radiasi yang masih dianggap aman di ruangan radiasi dan daerah sekitarnya tergantung kepada pengguna ruangan tersebut.
· Untuk ruangan yang digunakan oleh pekerja radiasi besarnya paparan 100 mR/minggu.
· Untuk ruangan yang digunakan oleh selain pekerja radiasi besarnya paparan 10 mR/minggu.

baca selanjutnya ( Klik READ MORE )

2. Perlengkapan Proteksi Radiasi

a.Pakaian Proteksi Radiasi (APRON)
Setiap ruangan radiasi disediakan pakaian proteksi radiasi dalam jumlah yang cukup dan ketebalan yang setara dengan 0,35 mm timbal.

b.Sarung tangan timbal
Setiap ruangan fluoroskopi konvensional harus disediakan sarung tangan timbal.

3. Alat monitor Radiasi
a. Film Badge
· Setiap pekerja radiasi dan/atau pekerja lainnya yang karena bidang pekerjaannya harus berada di sekitar medan radiasi diharuskan memakai film badge setiap memulai pekerjaannya setiap hari.
· Film badge dipakai pada pakaian kerja pada daerah yang diperkirakan paling banyak menerima radiasi atau pada daerah yang dianggap mewakili penerimaan dosis seluruh tubuh seperti dada bagian depan atau panggul bagian depan.

b. Survey meter
Di unit radiologi harus disediakan alat survey meter yang dapat digunakan untuk mengukur paparan radiasi di ruangan serta mengukur kebocoran alat radiasi.

4. Pesawat Radiasi
a. Kebocoran tabung
Tabung pesawat rontgen (tube) harus mampu menahan radiasi sehingga radiasi yang menembusnya tidak melebihi 100 mR per jam pada jarak 1 meter dari fokus pada tegangan maksimum.

b. Filter
Filter radiasi harus terpasang pada setiap tabung pesawat rontgen.

c. Diafragma berkas radiasi
· Diafragma berkas radiasi pada suatu pesawat harus berfungsi dengan baik.
· Ketebalan difragma minimal setara dengan 2 mm timbal.
· Posisi berkas sinar difragma harus berhimpit dengan berkas radiasi.

d. Peralatan Fluoroskopi
· Tabir flouroskopi harus mengandung gelas timbal dengan ketebalan yang setara dengan 2 mm timbal untuk pesawat rontgen berkapasitas maksimum 100 KV atau 2,5 mm timbal untuk pesawat rontgen berkapasitas maksimum 150 KV.
· Karet timbal yang digantungkan pada sisi tabir flouroskopi harus mempunyai ketebalan setara dengan 0,5 timbal dengan ukuran 45 x 45 cm.
· Tabung peswat rontgen dengan tabir flouroskopi harus dihubungkan secara permanen dengan sebuah stop kontak otomatis harus dipasang untuk mencegah beroperasinya pesawat apabila pusat berkas radiasi tidak jatuh tepat di tengah-tengah tabir flouroskopi.
· Semua peralatan flouroskopi harus dilengkapi dengan tombol pengatur waktu yang memberikan peringatan dengan bunyi sesudah waktu penyinaran terlampaui. Penyinaran akan berakhir jika pengatur waktu tidak di reset dalam waktu satu menit.

5. Pemeriksaan Kesehatan
Setiap pekerja radiasi harus menjalani pemeriksaan kesehatan secara berkala sedikitnya sekali dalam setahun.

6. Kalibrasi Pesawat Rontgen
Pesawat rontgen harus dikalibrasi secara berkala terutama untuk memastikan penunjukkan angka-angkanya sesuai dengan keadaan yang sebenarnya.

7. Dosis Radiasi yang diterima oleh pekerja radiasi
· Dosis tertinggi yang diizinkan untuk diterima oleh seorang pekerja radiasi didasarkan atas rumus dosis akumulasi :
D = 5 ( N - 18 ) rem

D :Dosis tertinggi yang diizinkan untuk diterima oleh seorang pekerja radiasi selama masa kerjanya
N :Usia pekerja radiasi yang bersangkutan dinyatakan dalam tahun
18:Usia minimum seseorang yang diizinkan bekerja dalam medan radiasi dinyatakan dalam tahun

· Jumlah tertinggi penerimaan dosis rata-rata seorang pekerja radiasi dalam jangka waktu 1 tahun ialah 5 rem.
· Jumlah tertinggi penerimaan dosis rata-rata seorang pekerja radiasi dalam jangka waktu 13 minggu ialah 1,25 rem . Sedangkan untuk wanita hamil 1 rem.
· Jumlah tertinggi penerimaan dosis rata-rata seorang pekerja radiasi dalam jangka waktu satu minggu adalah 0,1 rem.

8. Ekstra Fooding
Rumah sakit berkewajiban menyediakan makanan ekstra puding yang bergizi bagi pekerja radiasi untuk meningkatkan daya tahan tubuh terhadap radiasi.

9. Prosedur Kerja di Ruangan Radiasi
1. Menghidupkan lampu merah yang berada di atas pintu masuk ruang pemeriksaan.
2. Berkas sinar langsung tidak boleh mengenai orang lain selain pasien yang sedang diperiksa.
3. Pada waktu penyinaran berlangsung, semua yang tidak berkepentingan berada di luar ruangan pemeriksaan , sedangkan petugas berada di ruang operator. Kecuali sedang menggunakan flouroskopi maka petugas memakai pakaian proteksi radiasi.
4. Waktu pemeriksaan harus dibuat sekecil mungkin sesuai dengan kebutuhan.
5. Tidak menyalakan flouroskopi apabila sedang ada pergantian kaset.
6. Menghindarkan terjadinya pengulangan foto.
7. Apabila perlu pada pasien dipasang gonad shield.
8. Ukuran berkas sinar harus dibatasi dengan diafragma sehingga pasien tidak menerima radiasi melebihi dari yang diperlukan.
9. Apabila film atau pasien memerlukan penopang atau bantuan, sedapat mungkin gunakan penopang atau bantuan mekanik. Jika tetap diperlukan seseorang untuk membantu pasien atau memegang film selama penyinaran maka ia harus memakai pakaian proteksi radiasi dan sarung tangan timbal serta menghindari berkas sinar langsung dengan cara berdiri disamping berkas utama.
10. Pemeriksaan radiologi tidak boleh dilakukan tanpa permintaan dari dokter.

10. Prosedur Kerja di Ruang ICU dengan menggunakan Mobile Unit X-Ray
1. Berkas sinar langsung tidak boleh mengenai orang lain selain pasien yang sedang diperiksa.
2. Pada waktu penyinaran berlangsung, semua petugas harus berada sejauh mungkin dari pasien dan memakai pakaian proteksi radiasi.
3. Waktu pemeriksaan harus dibuat sekecil mungkin sesuai dengan kebutuhan.
4. Menghindarkan terjadinya pengulangan foto.
5. Apabila perlu pada pasien dipasang gonad shield.
6. Ukuran berkas sinar harus dibatasi dengan diafragma sehingga pasien tidak menerima radiasi melebihi dari yang diperlukan.
7. Apabila film atau pasien memerlukan penopang atau bantuan, sedapat mungkin gunakan penopang atau bantuan mekanik. Jika tetap diperlukan seseorang untuk membantu pasien atau memegang film selama penyinaran maka ia harus memakai pakaian proteksi radiasi dan sarung tangan timbal serta menghindari berkas sinar langsung dengan cara berdiri disamping berkas utama.

sella turcica

SELA TURSICA

PROYEKSI LATERAL
(Merril's Atlas ; Philip W Ballinger)

Ukuran Kaset : 18 x 24 cm
FFD : 90 cm
CR : tegak lurus bidang film
CP : 2 cm anterior dan 2 cm superior dari MAE

Posisi Pasien :

- Pasien diposisikan duduk tegak atau semi prone
- MSP tubuh sejajar dengan bidang film dengan kepala diposisikan true lateral
- kepala diposisikan true lateral dengan menempatkan MSP kepala sejajar dengan bidang film dan garis interpupilary tegak lurus dengan bidang film
- Atur kedua bahu agar berada pada bidang transversal yang sama
- Atur kepala sehingga garis IOML sejajar dengan garis khayal horizontal film
- Atur luas kolimasi atau luas lapangan penyinaran sesuai objek yang akan di foto, tidak terlalu luas dan tidak terlalu kecil
- Jangan lupa gunakan marker R atau L sebagai penanda objek kiri atau kanan
- Jangan lupa gunakan grid untuk menyerap radiasi hambur supaya gambaran yang dihasilkan baik
- Lindungi gonad pasien dengan menggunakan apron atau karet timbal
- Jika posisi pasien sudah siap seluruhnya, lakukan eksposi dengan faktor eksposi yang sudah ditentukan untuk pemotretan Sela Tursica

Kriteria Gambar :

- Tampak sela tursica proyeksi lateral dipertengahan film
- Processus Clinoideus anterior kiri dan kanan superposisi
- Processus Clinoideus posterior kiri dan kanan superposisi
- Dorsum sellae dan clivus blumenbachi
- Tampak kolimasi atau luas lapangan penyinaran sesuai dengan ukuran objek yang diperiksa
- Tampak marker R atau L sebagai penanda objek kanan atau kiri

jaminan mutu kamar gelap

jaminan mutu kamar gelap

Kaset, Tabir Penguat, Hanger dan Viewing Box

A. Kaset.
Ada beberapa hal yang harus diperhatikan dalam hal perawatan kaset radiografi, yaitu:

1. Label/tanda
Kaset harus ditandai dengan huruf atau angka untuk memu-dahkan identifikasi. Intensifying screen yang berada di dalam kaset harus ditandai dengan nomor atau huruf yang sama.

2. Kebersihan
Bagian luar kaset harus dibersihkan secara teratur dengan kain lap yang bersabun lalu dibersihkan dengan kain bersih dan dikeringkan. Harap diperhatikan, kain lapnya jangan terlalu basah agar tetesan air tidak masuk ke dalam kaset.

3. Tes kaset
Periksalah dan uji cobakan kaset terhadap contact screen dan kebocoran cahaya.

B. Tabir Penguat
Perlu diperhatikan beberapa hal apabila kita bekerja dengan tabir penguat;

1. Memasang dan menandai
Hendaknya dilakukan dengan menggunakan alat dan bahan yang disediakan dari pabrik pembuat. Bahan lain yang tidak disarankan akan berakibat kerusakan pada tabir penguat.

2. Membersihkan dan mengamati
Mengamati dan membersihkan tabir penguat yang teratur adalah sangat penting untuk menghindari terjadinya artefak pada film. Bila ditemui permasalahan lain, perlu diuji dengan menggunakan film röntgen untuk mengetahui bagian yang rusak. Jika ditemui bagian yang rusak, maka dapat dengan mudah diketahui melalui nomor dan huruf pada kaset yang bersangkutan. Caranya;
Kosongkan kaset di kamar gelap.
Periksalah tabir pada cahaya tampak, apakah terdapat kotoran, goresan atau luntur.
Amatilah bahwasanya permukaan tabir di dalam kaset masih lembut. Jika tabir tersebut perlu ditempel ulang maka pergunakan alat dan bahan yang diberikan dari pabrik pembuat.
Gunakan lap basah yang lembut dari katun dan sabun yang lembut/ringan untuk membersihkan. Gerakannya memutar keluar permukaan tabir (screen).
Bersihkan sisa-sisa sabun pada permukaannya dengan meng-gunakan lap katun basah yang bersih.
Letakkan kaset dalam posisi berdiri dan buka secukupnya pada ruangan yang tak berdebu. Sehingga kaset menjadi kering dan bersih serta siap untuk digunakan.
Sebelum digunakan, periksa lagi apakah permukaan tabir terdapat coretan. Bila ada lakukan pembersihan sekali lagi.
Periksalah apakah tabir dapat dengan mudah dikenali melalui nomor atau huruf yang dibuatnya?
Catatlah tanggal kegiatan ini pada buku kegiatan.
Baca Selengkapnya ( Klik READ MORE )

3. Mengecek kecepatan tabir penguat
Tabir penguat harus diperiksa kecepatannya ketika pertama kali digunakan dan pada setiap tahun sehingga faktor eksposinya dapat diatur untuk menghasilkan densitas film yang benar. Hal ini penting untuk menghindari terjadinya pengulangan film.

C. Penjepit film (hanger)
Penjepit film radiografi memerlukan beberapa perlakuan dan perawatan, yaitu:
1. Bersihkan dengan sikat dan menggunakan air panas untuk menghilangkan sisa-sisa cairan kimia.
2. Cuci dan keringkanlah.
3. Periksalah, apakah ada kerusakan pada penjepitnya, perubahan bentuk dan apakah sudutnya patah?
4. Catatlah kegiatan ini dan penanganan yang dilakukan terhadap hanger yang rusak.

D. Viewing box (lampu pembaca)
1. Bersihkan permukaannya dengan memperhatikan aliran listriknya. Gunakan lap basah dengan sabun yang lembut. Biarkan permukaannya sampai kering, baru setelah itu digunakan lagi.
2. Pastikan bahwa lampu penerangnya bekerja dengan baik dan memberikan cahaya yang merata.
3. Setiap 6 bulan hendaknya teknisi listrik atau orang lain yang mengetahui membersihkan bagian dalam dari viewing box sambil
mengecek peralatan listriknya dan lampu perdarnya.

note : periksa keadaan atau kondisi semua peralatan rontgen secara berkala supaya bisa terjaga kualitas hasil foto dan bisa menjaga umur peralatan - peralatan rontgen

orbita

ORBITA

PROYEKSI POSTERO ANTERIOR (PA) AXIAL ( Cadwell )
(Merril's Atlas ; Philip W. Ballinger)

Ukuran Kaset : 24 x 30 cm melintang
FFD : 90 cm
CR : 30 derajat caudally setinggi pertengahan orbita
CP : pertengahan kedua orbita

Posisi Pasien :

- Pasien diposisikan prone atau erect dengan MSP tubuh tepat pada mid line meja pemeriksaan
- Bahu bertumpu sejajar pada bidang transversal dengan lengan diletakkan disamping tubuh dalam posisi yang senyaman mungkin
- Kepala diposisikan True PA dengan menempatkan dahu dan hidung menempel diatas kaset
- Posisikan kepala sehingga OML tegak lurus dengan bidang film
- Lakukan fiksasi dengan menggunakan spon dan sandbag untuk mencegah pergerakan dari objek kepala pasien
- Atur luas kolimasi atau luas lapangan penyinaran sesuai objek yang akan di foto, tidak terlalu luas dan tidak terlalu kecil
- Jangan lupa gunakan marker R atau L sebagai penanda objek kiri atau kanan
- Jangan lupa gunakan grid untuk menyerap radiasi hambur supaya gambaran yang dihasilkan baik
- Lindungi gonad pasien dengan menggunakan apron atau karet timbal
- Jika posisi pasien sudah siap seluruhnya, lakukan eksposi dengan faktor eksposi yang sudah ditentukan untuk pemotretan Orbita proyeksi PA Axial (Cadwell)



Kriteria Gambar :

- kedua orbita tampak
- Petrous ridge kiri dan kanan simetris terproyeksi dibawah bayangan orbita
- Sinus frontalis dan sinus maxillaris terproyeksi
- Jarak Batas Lateral orbita dengan batas lateral kepala kiri dan kanan sama (simetris)
- Tampak kolimasi atau luas lapangan penyinaran sesuai dengan ukuran objek yang diperiksa
- Tampak marker R atau L sebagai penanda objek kiri atau kanan.

pemeriksaan RPG

1. Pengertian RPG (Retrograde Pyelography)

Teknik atau prosedur atau tata cara pemeriksaan sistem urinaria dengan menggunakan sinar-X dan memasukkan media kontras secara retrograde (berlawanan dengan alur sistem urinaria) untuk menegakkan diagnosa. Pemeriksaan ini dilakukan apabila sistem urinary sudah tidak berfungsi.Media kontras dimasukkan berbalik atau melawan jalannya alur sistem urinaria melalui sistem pelviocaliceal dengan memasang kateter. Pemasangan kateter adalah dengan melakukan bedah minor oleh dokter urology di ruang bedah. Umumnya dilakukan untuk menunjukkan letak urinary calculi atau jenis kerusakan lain.

2. Indikasi Pemeriksaan :

Stricture Uretra
Batu Uretra
Uretris Injuri
Renal Pelvic Neoplasma
Renal Calculi
Ureteric Fistule

3. Kontra indikasi pemeriksaan :

Urethritis :

merupakan kontra indikasi absolute karena dapat menyebabkan infeksi pada traktus urinari distal dan proximal. peradangan yang terjadi akan sulit di obati.

Stricture Uretra

Merupakan bukan kontra indikasi absolute, namun pemasukan kateter dapat memperparah keadaan

4. Komplikasi yang mungkin terjadi

Injuri Uretra

penggunaan Cystoscopy dengan ukuran yang besar dan tidak digunakannya lubricant (jelly) memungkinkan unjuri terjadi

Bladder Injuri

bladder injuri ini sangat jarang terjadi. apabila tekanan keras dengan paksaan dilakukan, maka perforasi bladder mungkin terjadi

Paraphimosis

mungkin terjadi pada pasien yang tidak di circumsis

Stricture Uretra

tidak digunakannya lubricant (jelly) yang cukup dapat menyebabkan luka dan stricture kemudian

Cystitis

jika tidak dilakukan aseptic maka terjadi peradangan

5. Persiapan pasien

persiapan pasien pada RPG sama hal nya dengan persiapan BNO - IVP , yaitu :

Hasil ureum dan creatinin normal
Satu hari sebelum pemeriksaan, pasien makan makanan yang lunak/rendah serat, misalnya bubur kecap.
12 jam sebelum pemeriksaan pasien minum obat pencahar.
Selanjutnya pasien puasa sehingga pemeriksaan selesai dilakukan
Selama puasa pasien dinjurkan untuk tidak merokok, dan banyak bicara untuk meminimalisasi udara dalam usus
Sebelum pemeriksaan dimulai pasien buang air kecil untuk mengosongkan blass
Akibat rasa takut pada jarum suntik, perlu diperhatikan :
Penjelasan pada pasien
Dorongan mental dan emosional
Penandatanganan Informed consent.

6. Persiapan Alat dan Bahan

Pesawat sinar-X
kontras iodium 20 cc
Spuit 20 cc
Needle 19 G
Film dan kaset 24 x 30 dan 30 x 40
Grid atau bucky
Marker R/L
Kateter (dipasang dgn bantuan cystoscopy)
Desinfektan
Kontras media, urografin

7. Prosedur Pemeriksaan

Pemasangan kateter dilakukan oleh dokter urology dengan menggunakan bantuan cystoscopy, secara retrograde (berlawan dengan alur sistem urinary) melalui uretra sblm pemeriksaan mulai dilakukan.

a. Lakukan plain foto (Abdomen Polos)

untuk memastikan letak kateter ( untuk dokter urologis )
untuk mengetahui ketepatan teknik dan positioning ( untuk radiographer )

b. Lakukan injeksi 3-5 cc media kontras melalui kateter menuju renal pelvis pada ginjal yang diperiksa

diambil dengan menggunakan film 24 x 30 cm
kontras media dimasukan kembali ± 5 cc sambil kateter di tarik perlahan, lalu foto menggunakan film 30 x 40 cm untuk melihat daerah ureter
kontras media dimasukan hingga habis, sambil di tarik diperkirakan kontras habis, foto diambil menggunakan film 30 x 40 cm


8. Proyeksi RPG (Retrograde Pyelography)

A. Posisi AP

Posisi Pasien : supine di atas meja pemeriksaan

Posisi Objek :

MSP sejajar dengan pertengahan bucky
Kedua tangan disamping tubuh

Central Ray : Tegak lurus pada bidang kaset (vertikal)

Central Point : MSP setinggi crista illiaca

FFD : 100 cm

Catatan :
Gambar harus berada pada orientasi ginjal tidak terpotong dan gambaran mulai dari nefron sampai blass tetapi tidak ada waktu seperti IVP.

b. Posisi AP Oblique

Posisi Pasien : Semisupine

Posisi Obyek :
• Atur tubuh pasien sehingga membentuk sudut 45° terhadap meja pemeriksaan.
• Tekuk lutut yang jauh dari meja pemeriksaan, luruskan kaki yang dekat dengan meja pemeriksaan, tangan yang dekat dengan meja pemeriksaan gunakan sebagai ganjalan kepala, yang jauh dari meja pemeriksaan diletakkan di depan tubuh.

Central Ray : Tegak lurus kaset

Central Point : 2 inci (5 cm) medial dari SIAS dan 1½ inci (3,8 cm) di atas crista illiaca

FFD : 100 cm

9. Hasil Gambaran RPG

a. Plain foto

b. Fase 1

c. Fase 2

d. Fase 3

10. Kesimpulan

Retrograde pyelografi merupakan pemeriksaan radiologi untuk menilai traktus urinarius. Pemeriksaan ini dilakukan jika pemeriksaan sebelumnya mengalami kegagalan atau informasi yang didapat kurang memadai untuk diagnosis.
Persiapan yang dilakukan untuk pemeriksaan ini mirip seperti pemeriksaan BNO IVP , namun pada tekniknya kontras media dimasukkan melalui kateter yang dipasang di penis. Biasanya pemeriksaan ini dilakukan dibawah kontrol fluoroskopi , namun apabila pesawat tidak memungkinkan, maka pemeriksaan dapat dilakukan dengan ekspos film yang cukup banyak untuk melihat perjalanan kontras medpemerik